Mudik?? Jangan Terlewatkan Kuliner Pantura Berikut Ini

Kuliner Pantura: Pekalongan-Semarang-Rembang


 
Kudus, Demak, Pati, dan Desa Tuyuhan menyimpan kuliner yang sayang untuk dilewatkan saat Anda melintas di jalur ini. Resto mana saja yang dapat Anda singahi? Intip dulu di sini!

Di lintasan Pekalongan-Semarang yang berjarak sekitar 100 km ini Anda harus cukup puas dengan warung-warung yang banyak dijumpai. Kota berikutnya yang saya rekomendasikan untuk dijelajahi adalah Semarang. Kota besar ini punya peta kuliner yang sangat ekstensif. Silakan membeli buku panduan kuliner tentang Semarang yang sudah cukup banyak tersedia di toko buku. Panduan singkat dalam boks di atas mungkin juga bermanfaat bila Anda tidak punya terlalu banyak waktu.

Lewat Semarang, kota pertama yang Anda singgahi adalah Demak. Satu-satunya rekomendasi saya di Demak adalah asem-asem daging sapi yang berkuah segar di RM Rahayu, di dekat alun-alun Masjid Raya Demak. Tetapi, bila lapar belum mendesak, teruslah berkendara ke Kudus dengan tawaran kuliner yang lebih istimewa.

Di Kudus, jangan lewatkan singgah ke RM Sari Rasa (Jl. AKBP Agil Kusumadya 20, 0291 442218, jalan protokol yang pasti Anda lewati bila melintasi Kudus). Yang "mati-mati-mesti-coba" di sini adalah garang asem ayam. Potongan ayam kampung dengan bumbu blimbing wuluh, cabe rawit dan bawang putih, dikemas dalam daun pisang lalu dikukus. Puedesss dan suegerrrr.

Di jalan protokol ini juga ada soto dan sate kerbau Karso-Karsi yang banyak disinggahi orang. Soto Kudus – soto ayam berkuah bening, encer, segar – yang direkomendasikan adalah Pak Denuh (Jl. AKBP Agil Kusumadya) dan Bu Jatmi (di Panjunan). Sate kerbau favorit saya berlokasi di halaman showroom Mitsubishi (hanya buka pagi). Sate Kerbau Pak Jastro ini potongan dagingnya besar-besar, sementara yang lain kebanyakan model sate laler yang ukuran dagingnya super-mini.

Alamat lain yang gampang disinggahi di Kudus adalah Pusat Jajan Simpang Tujuh (Taman Bojana) di pusat kota. Di sini banyak warung dengan sajian soto dan nasi pindang (campuran soto dan rawon dengan daun melinjo, dari daging sapi).

Saya juga tidak pernah melewatkan satu masakan khusus yang dikenal dengan nama Opor Sunggingan (karena dulunya berasal dari Desa Sunggingan). Sekarang punya gerai di tengah kota (Jl. Nitisemito 9, 0291 446262), sehingga lebih mudah ditemukan.

Cara memasak opor ayamnya sangat khas. Ayam kampung utuh diisi rongga perutnya dengan bumbu opor, lalu direbus dengan santan. Setelah masak, ayamnya ditiriskan, lalu dibakar. Ayam bakar ini kemudian disuwir-suwir dan disajikan dengan kuah opor dan sambal goreng tahu. Wajib dicoba.

Kota berikutnya adalah Pati dengan suguhan khusus yang disebut nasi gandul. Tidak ada yang dapat menjelaskan secara tepat dari mana nama ini berasal. Satu-satunya penjelasan umum yang agak masuk akal adalah bahwa nasi putihnya selalu disajikan di atas piring beralas daun pisang. Setelah disiram kuah, maka nasinya seperti "nggandul" di atas piring.

Kuah nasi gandul sangat gurih – cross antara soto + gulai + rawon. Isinya adalah daging sapi dan jeroan yang kemudian digoreng dan digunting-gunting kecil bite-size, ditaburkan di atas nasi, dan disiram kuah super-gurih itu. Favorit saya adalah Nasi Gandul H.A. Warsimin (Jl. Kyai Pupus 33, Desa Gajah Mati RT 03/02, 0295 382639).

Selepas Pati, ada satu kota kecil yang wajib disinggahi, yaitu Juwana. Sesampai di alun-alun, belok kiri ke Jalan Silugonggo 18A, tepat di depan kantor Polsek, ada sebuah warung sederhana dicat merah muda. Warung Sederhana

(08882494280) ini terkenal dengan sajian mangut ikan pari dan mangut kepala manyung super-pedes. Mangut adalah gulai pedas khas pesisir Jawa Tengah. Kalau makan di sini, keringat sampai menetes dari ubun-ubun. Udang gorengnya istimewa, begitu juga berbagai lauk lainnya.

Kota berikutnya menjelang perbatasan Jawa Timur adalah Rembang. Sajian yang patut disinggahi di sini adalah sate srepeh, sate ayam yang disiram dengan kuah santan berwarna jingga. Yang paling terkenal adalah Warung Ibu Priyono di Jalan Dr. Wahidin (jalan utama Kota Rembang). Warungnya menempel di depan sebuah rumah kuno. Ratusan tusuk sate ayam sudah dibakar

dan ditumpuk di angkringnya. Tamu mengambil sendiri sate ayam kampung ini (dihitung per tusuk, bukan per porsi), lalu disiram kuah srepeh yang gurih. Sate ini dimakan sebagai lauk lontong tahu yang disiram kuah lodeh. Sungguh khas.

Selepas Rembang, menuju Lasem, Anda akan melintasi Desa Tuyuhan dengan sederet penjual lontong Tuyuhan yang terkenal. Makanan rakat murah-meriah ini mirip lontong opor ayam dengan tendangan bumbu yang lebih nonjok (trasi, jintan, kencur, lengkuas, dll).

sumber




close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==